Profile
Obyek wisata Batu Persidangan Raja Siallagan terletak di Huta Siallagan yang terletak di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Letak Huta Siallagan ini tidak terlalu jauh dari Tomok, jaraknya hanya sekitar 5 km, sehingga Anda yang menginap di Tomok bisa mencapai tempat tersebut dengan mudah dan singkat dengan mengendarai sepeda motor yang bisa disewa di Tuktuk. Kampung atau huta Siallagan adalah sebuah kampung kuno yang dikelilingi oleh tembok batu besar setinggi 1,5 meter hingga 2 meter. Memasuki kampung ini Anda harus melewati gapura tua dengan tulisan “Huta Siallagan” dan terdapat sebuah patung batu besar disebut “pangulubalang” yang berfungsi sebagai penjaga kampung dan pengusir roh jahat.
Kampung Siallagan dibangun oleh raja huta yang pertama, yaitu Raja Laga Siallagan. Sejak semula Huta Siallagan dihuni oleh marga Siallagan yang merupakan keturunan dari Raja Naiambaton. Raja Naiambaton sendiri mewarisi garis keturunan dari Raja Isumbaon atau anak kedua dari Raja Batak.
Di Huta Siallagan ini masih berdiri rumah adat tradisional Batak dengan susunan berjajar sebanyak 8 buah rumah yang diperkirakan sudah berumur ratusan tahun. Di dalam huta terdapat sebuah pohon yang diduga juga berumur ratusan tahun, pohon ini dinamakan Hau Habonaron yang artinya pohon kebenaran. Di dekat pohon tersebut Anda bisa mendapati situs antropologi berupa kursi dan meja batu yang dikenal sebagai Batu Persidangan.
Susunan Batu Parsidangan ini terbagi menjadi dua lokasi dan susunan yang berbeda. Susunan yang pertama berupa deretan batu berbentuk kursi batu dan meja batu yang terdiri dari kursi untuk raja dan permaisuri, kursi para tetua adat, kursi raja dari huta tetangga dan kursi undangan, serta kursi untuk datu atau dukun berfungsi sebagai tempat pertemuan atau persidangan. Tidak jauh dari deretan batu pertama terletak susunan batu kedua berupa batu besar dengan bentuk memanjang yang berfungsi untuk tempat menghukum orang yang bersalah atau para musuh yang tertangkap dengan cara dipenggal kepalanya.
Itulah kenapa susunan batu ini disebut sebagai Batu Persidangan, karena pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengadili para penjahat, pelanggar hukum adat, hingga musuh politik dari raja setempat. Sebelum diadili terdakwa akan dipasung terlebih dahulu setelah diadili jika memang dinyatakan bersalah, terdakwa akan dibawa ke deretan batu sidang kedua yang berada di belakang untuk dilakukan eksekusi. Terpidana mati dibawa ke tempat eksekusi, lalu tubuhnya diletakkan tertelungkup dengan bagian leher di cekungan batu pancungan, sementara algojo melaksanakan eksekusi dengan pedang yang sangat tajam. Kemudian, Sang Datu menancapkan kayu Tunggal Panaluan ke jantung orang itu, jantung dan hatinya lalu dikeluarkan dan darahnya ditampung dalam cawan.
Mungkin ini juga yang membuat adanya dugaan jika masyarakat Batak melakukan praktek kanibalisme pada zaman dahulu. Konon ritual ini masih dilakukan ditempat ini hingga awal abad ke-19, namun setelah Raja Siallagan menganut agama Kristen kegiatan ini dihentikan dan tidak pernah dilakukan lagi, maka Anda tidak akan menemukan praktek kanibalisme di tempat ini.
Batu Persidangan Raja Siallagan adalah sebuah desa wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing, karena cerita mengenai hukuman dan praktek kanibalisme di Huta Siallagan ini membuat wisatwan penasaran dan menarik dan untuk berkunjung ke sana. Tempat ini menjadi salah satu obyek wisata primadona di Samosir.
Map
Sorry, no records were found. Please adjust your search criteria and try again.
Sorry, unable to load the Maps API.