Tas anyaman plastik yang naik daun di kala pandemi
Salah satu upaya untuk tetap eksis di ranah bisnis adalah berkreasi, apalagi di tengah pandemi virus korona baru. Langkah ini pun dilakoni oleh para perajin tas anyaman dari plastik.
Awalnya, para perajin tas anyaman hanya membuat produk yang berfungsi untuk membawa barang belanjaan saja. Namun, seiring perkembangan waktu, para perajin mulai merancang tas plastik yang lebih modis dan kekinian. Dengan begitu, produknya bisa menjangkau beragam segmen pasar dan berbagai kebutuhan.
Hasilnya terbilang positif. Syahrial Aman, pemilik Syam’s Handicraft asal Pati, Jawa Tengah, misalnya, mengalami lonjakan permintaan selama pandemi. Ini juga berkat strategi pemasaran melalui kanal digital.
Puncak penjualan terjadi pada November 2020 sampai awal 2021. “Setiap minggu, kami bisa mengirim 2.000 tas ke Jakarta, Yogyakarta, dan Bali,” katanya kepada KONTAN. Sebelumnya, ia hanya menjual hingga ratusan tas seminggu.
Baca Juga:
- Kisah Huta Siallagan, Pada Zaman Dulu di kenal kampung kanibal
- Kampung Ulos Hutaraja, Destinasi Wisata Warisan Budaya Batak
- Batu Tambar di Saribu Gua, Kampung Spiritual dan Ritualisme Batak
- Makna Filosofis Arsitektur Rumah Adat Batak
- Gua Gong, Surga di Tengah Berbukitan Cadas nan Gersang Pacitan
Syahrial membanderol harga satu tas plastik besutannya Rp 50.000 sampai Rp 200.000 per buah tergantung bahan dan model. Selain penjualan digital, ia juga mengandalkan reseller.
Untuk proses produksi, dia menjalin kerjasama dengan sekitar 300 ibu rumahtangga di sekitar tempat tinggalnya sebagai penganyam tas plastik. Dalam sehari, para penganyam bisa membuat 300 sampai 500 tas.
Alhasil, omzet Syahrial pun melesat pesat. Sebelum pandemi, biasanya ia mengantongi belasan juta rupiah saja per bulan. Mulai Agustus 2020, omzetnya langsung melesat sampai Rp 200 juta sebulan.
Melihat prospek tas anyaman plastik, Syahrial pun berencana melakukan ekspor. Dia membidik Jepang. Tapi, karena pandemi, ia menyimpan dulu rencana ekspansi tersebut, dan baru akan dilakoni lagi setelah pandemi berakhir.
Pemain lainnya yang meraup untung adalah Ely Triaminy asal Purworejo, Jawa Tengah. Baru memulai usaha tas anyaman plastik awal 2020, kini ia mulai merasakan manisnya bisnis kerajinan tersebut selama pandemi bergulir.
Pada November sampai Desember tahun lalu, permintaan tas anyaman plastik buatannya melonjak. “Dalam sebulan bisa ribuan tas, tidak terhitung,” katanya kepada KONTAN.
Pasar terbesar adalah ke Bali. Apalagi, ia juga membuat tas kotak untuk sembahyang umat Hindu.
Sama seperti Syahrial, Ely juga berencana melakukan ekspor ke Singapura dan Malaysia untuk pengembangan pasar lebih lanjut.
Fulus saat pandemi juga mengalir ke Siti Miftakul Janah, pemilik Junno Shop dari Ponorogo, Jawa Timur. Mulai November 2020 sampai awal Januari 2021, Siti bisa melego hingga 2.000 tas anyaman plastik.
Namun, permintaan tas anyaman plastiknya mulai turun di pertengahan Januari karena ada bencana. Maklum, wilayah Mamuju dan Makassar merupakan salah satu pasar terbesar Siti.
sumber: kontan.co.id